Senin, 23 November 2015

Sebuah Misteri...

Umur itu misteri. Kemarin si A yang meninggal. Hari ini si B yang meninggal. Setajir Bill Gates atau Warren Buffet sekalipun, tetap saja bakal meninggal. Karena hidup tidaklah kekal, lebih baik siapkan bekal. Akan lebih menyenangkan jika 8 jam bahkan 24 jam dinilai amal. Bukan sholat saja. Bukan ke rumah ibadah saja.
#KerjaItuIbadah. Itu betul. Sebagai motivator, pernyataan ini sering saya sampaikan ketika mengisi in house seminar atau in house training. Akan tetapi, tentu saja tidak semua kerja bernilai ibadah. Bukan mustahil, seseorang sibuk-sibuk bekerja, namun ternyata nilai ibadahnya sudah memuai dan menguap semua. Kok bisa?


Contohnya saja:
-       Ia curi-curi waktu di kantor. Atau, badannya di kantor, tapi hati dan pikirannya di luar kantor
-       Ia menjelek-jelekkan atasan dan rekan sekantor. Bahkan sering bergunjing tentang kantor.
-       Ia tidak peduli dengan masalah-masalah kantor yang tidak berhubungan langsung dengan dirinya. Dengan alasan beda divisi dan beda KPI, ia enggan menolong rekan sekantor.
-       Ia mementingkan office politic daripada office performance. Ia menjalankan ‘politik kotor’ di kantor.
-       Tidak jarang ia membenarkan dirinya sendiri, menyalah-nyalahkan keadaan, bahkan oprotunis dari setiap keadaan di kantor.
-       Masuknya nyuap, datangnya telat, pulangnya cepat, ngeluhnya tiap saat, kerjanya nyendat-nyendat, dan malasnya berlipat-lipat. Hm, masih ngaku kerja itu ibadah? Hehehe, kalau Anda tidak melakukannya, yah Anda tidak perlu tersinggung.


Ingatlah, kerja hanya akan bernilai ibadah jika kita iringi dengan niat yang benar, sikap yang benar, dan cara yang benar. Bukan sekadar kerja. Demikian pula teman-teman yang masih belajar atau yang sudah berbisnis. Hendaknya semua kesibukan kita terhitung ibadah. Setujukah? 



Ippho Santosa adalah International Trainer yang telah mencerahkan seratusan perusahan dan jutaan orang di belasan negara di empat benua. Bukunya Success Protocol direkomendasikan oleh tiga doktor ternama di tanah air.  

Ketika Miskin...

Kalau kita lagi miskin dan susah, terus orang kaya yang kita kenal nggak mau membantu kita, apa yang harus kita lakukan? Nyalahin si kaya, inilah reaksi orang rata-rata. Baguskah itu? Begini ya. Si kaya yang pelit, jelas dia itu salah dan bermasalah. Namun ada baiknya juga kita melihat sisi lainnya biar berimbang. 

Pertama, sebaik-baiknya berharap dan meminta hanya kepada Yang Maha Kaya, bukan kepada makhluk-Nya yang kadang cuma berlagak kaya. Terus, ngapain kita ngarepin dan nyalahin orang lain? Orang-orang yang bermental kaya pasti setuju dengan pernyataan saya ini. 

Kedua, kita introspeksi. Kok dia nggak mau membantu? Selama ini, apa kekuranganku? Ketika meminta, gimana sikap dan caraku? Mungkinkah aku nggak pantas dan nggak bisa dipercaya untuk dibantu? Kenapa Tuhan-ku Yang Maha Pemurah tidak menggerakkan hati si kaya untuk membantu? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Introspeksi, itu jauh lebih baik. 


Ketiga, belajar ilmu uang agar ke depan tidak keteteran uang lagi. Misalnya ilmu bisnis, properti, emas, dan reksadana. Ini lebiiiiih memberdayakan. Dan di sini saya tidak bermaksud menyinggung Anda atau siapapun. Ini kesimpulan saya, berdasarkan pengalaman sewaktu miskin dan susah dulu.
 
 
 
 
 


Ditulis oleh Ippho Santosa

Sabtu, 22 Agustus 2015

Masak Aer Biar Mateng

Masak Aer Biar Mateng





Pernah dengar kata2 seperti diatas? Atau sering?? ^-^


Ya...itu adalah salah satu jargon yang kerap muncul di sebuah acara di AN*V setiap hari yang tayang sore.

Ngomong2 soal masak Air, anda bisa kan? Kalau masak mie? Kalau masak Rendang? Nasi goreng? Sayur Lodeh? ^-^



Kalau masak air aja mungkin gampang buat anda. Kalau level naik jadi masak Nasi Goreng atau Rendang gimana?



Ya, kalau masak air aja mungkin bisa Coba-Coba. Kalau air sudah mendidih tanda "aer Udah Mateng" kan? ^-^



Kalau levelnya dinaikin, maka perlu ilmu lagi yang lain. Masak nasi goreng, Rendang atau air masing2 Beda ilmunya.

Kalau masak air bisa di sambil pekerjaan lain2. Hanya tunggu air mendidih. Coba bayangkan kalau masak Rendang atau nasi goreng? Apa mungkin langsung masukkan nasi aja atau daging aja? Bagaimana pelengkapnya supaya selera untuk memakannya? Bagaimana pula bumbu2 nya supaya lezat rasanya?




Semua ada ilmunya.


"Adalah Gila kalau mau hasil yang beda tapi melakukan hal yang sama berulang-ulang" Albert Einstein-.



Follow Me Twitter: @BachtiarAnass

Kamis, 06 Agustus 2015

Kenapa harus Menulis.



Kenapa harus Menulis.


Berbahagialah Anda jika Anda “dimanfaatkan” oleh orang Lain…
Hehe…Entah dari mana saya mendapat kutipan tadi. Terserah anda menilai kutipan tadi positif atau tidak. Tapi saya melihatnya dari sudut pandang  yang berbeda.

Sedikit cerita dulu boleh?
Beberapa waktu terakhir ini saya baru aktif di salah satu social media. Sebelumnya saya tidak aktif (gimana mau aktif, wong aplikasi sosmed nya belum ada di Handphone saya, hehe…)

Ya, setelah saya pehatikan ternyata asik juga aplikasi tersebut. Menurut saya lebih pribadi dan intenslah pokoknya. Bagaimana tidak, kalau di sosmed lain, saya hanya bisa menyerap ilmu secara “diam-diam”, tapi di sosmed baru ini saya terasa lebih dekat. Seperti “jauh dimata dekat di hati” nya RAN.

Tokoh-tokoh yang “nge-pop” sekalipun saya dapat kontaknya. Alhamdulillah…walaupun saya kirim pesan kepada beliau gakdibalas sih, heheh…terlepas itu ya paling tidak, lebih terasa dekat saja.
Tokoh tersebut sudah menginspirasi saya lewat bukunya. Dan mungkin anda juga sudah mengenalnya dan mungkin sudah pernah baca bukunya. Dan gara-gara beliau lah saya jadi hobi baca buku.

Ya, saya sudah memanfaatkan ilmu beliau dan pengalamannya sehingga menginspirasi banyak orang lewat tulisan.Benar sekali, saya “memanfaatkannya”. Saya yakin anda pun  memanfaatkannya jika anda sudah pernah baca bukunya.

Itulah alasan kenapa saya bilang diawal, berbahagia lah orang yang sudah dimanfaatkan oleh orang lain. Baik ilmunya, tenaganya atau apapun yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain?

Itulah alasan saya membuat tulisan ini. Alasan saya menulis artikel ini dan niat saya untuk berbuat lebih banyak lagi. Bukan sekedar Nulis, pastikan yang kita tulis bermanfaat bagi orang lain.
Jika saya merasa ada ilmu yang bermanfat kenapa tidak dibagi? Bukankah ilmu yang dibagi itu tidak akan berkurang?

Kenapaharusmenulis?
Alasan setiap orang pasti berbeda. Saya pribadi punya 4 alasan utama, yaitu:

-          1. Amal jariyah.
Setiap saya menulis artikel di blog, ya doa saya adalah semoga yang memberi ilmu tersebut kepada saya, akan kembali kepadanya dan menjadi amal jariyah untuk nya jika diteruskan dan diamalkan.

-          2. Rofee (Royalti fee ^-^)
Kalau bagian ini bgaimana jelasinnya ya, hehe… Anda pasti sudah mengerti tanpa perlu saya kasih alasan lebih lanjut .

-          3. Lebihlepas
Karena dengan menulis, kita tak perlu bersuara untuk di dengar, tak perlu teriak untuk dapat perhatian. Semua tuangkan saja dalam tulisan. Hati lebih plong saat pikiran sudah dituangkan dalam tulisan. Tak ada rasa dendam dan amarah tertahan. Enak kan?? ^-^

-          4. Tinggalkan jejak
Karena gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkan belang,  dan karena saya juga bukan pahlawan reformasi, maka saya hanya berbuat sekuat tenaga saya untuk meninggalkan jejak, salah satunya adalah lewat tulisan. Saya mohon doa nya untuk bisa membuat dan menerbitkan dan membuat buku laris di pasaran. Supaya ilmu lebih tersampaikan dan tidak hanya menumpuk di gudang.

Terimakasih saya ucapkan kepada Coach TM & AG. Karena kalian lah artikel ini lahir. Alhamdulillah, blog saya nambah 1 tulisan lagi.
Dan saya minta maaf juga kepada Coach TM & AG, karena saya sudah “memanfaatkan ” mereka dalam menulis artikel ini. Karena percaya atau tidak gara-gara tulisan ini saya sampai berniat untuk “memanfaatkan” mereka lagi untuk tulisan saya berikutnya.

Oh iya, ngomong-ngomong anda tau siapa tokoh yang membuat saya jadi suka membaca buku? Kebetulan saya posting tulisan beliau di artikel sebelumnya. Kira-kira anda bisa menebaknya? ^-^

Terakhir adalah saya mendoakan anda yang membaca tulisan ini semoga bisa membuat karya yang menginspirasi. Bukan Cuma 1 tapi banyak karya yang menjadi amal jariyah.
Aamiin…



Sabtu, 27 Juni 2015

Mereka Yang Selalu Menomorsatukan Kita...

Detik ini juga, coba Anda bayangkan orang yang paling mengasihi Anda –yaitu orangtua Anda– berada tepat di hadapan Anda...
Ketika kita masih kecil, orangtua berusaha memberikan yang terbaik untuk kita: mulai dari makanan, pakaian, pendidikan, sampai ke mainan. Mereka selalu menomorsatukan kita. Sekarang, ketika kita dewasa, apakah kita memberikan yang terbaik untuk mereka? Apakah kita menomorsatukan mereka? Yang ada, kita malah menomorduakan mereka. Biasanya rumah, makanan, dan pakaian kita jauh lebih baik daripada orangtua.
Padahal orangtua selalu mendoakan kita. Sewaktu ibu saya mengikuti sebuah training yang hebat, serta-merta ibu saya berdoa, “Ya Allah, jadikan anakku lebih hebat daripada trainer ini.” Demikian pula almarhum kakek saya yang semasa hidupnya tidak putus-putusnya mendoakan, “Ya Allah, jadikan cucuku orang yang besar.” Itulah doa mereka, walaupun saya sendiri tidak pernah sekalipun berdoa seperti itu. 

Lalu apa yang terjadi? Adalah takabur kalau saya menganggap diri saya trainer yang hebat dan orang yang besar. Namun, sedikit-banyak saya merasakan dampak dari doa-doa tersebut. Bagaimana tidak? Melalui buku, seminar, dan training, alhamdulillah saya dimampukan oleh Yang Maha Kuasa untuk menginspirasi jutaan orang. 
Yang ironis, biasanya beginilah cara kita ‘berbakti’:
-       Begitu kita hidup susah, maka dilantiklah orangtua menjadi pembantu di rumah kita.
-       Begitu kita sibuk bekerja, maka dilantiklah orangtua menjadi babysitter di rumah kita.
-       Begitu kita sibuk bepergian, maka dilantiklah orangtua menjadi satpam di rumah kita. Memang, kita tidak pernah menyebutnya begitu, tapi begitulah pekerjaaan mereka sehari-hari. 

Manakala orangtua meninggal, barulah kita tersadar. Kita pun berubah membaik. Mestinya dibalik. Kita berubah membaik dulu, sebelum orangtua meninggal. Apa pendapat Anda?



Ippho Santosa adalah International Trainer yang telah mencerahkan seratusan perusahan dan jutaan orang di belasan negara di empat benua. Buku terbarunya berjudul Success Protocol.

Jumat, 22 Mei 2015

Tergantung niat

Sehabis jalan-jalan dari sibayak kemarin, ada teman saya yang bertanya...

"berarti bisa ditempuh satu hari ya kalau mau aja, naik ke puncak pagi, siang atau agak sorean kita turun" kata teman saya.

saya jawab "tergantung niatnya bro, kalau niatnya mau kemping ya harus nginap, kalau cuma mau foto-foto bisalah kita pulang hari, tapi kalau niatnya iseng-iseng, bisalah abis makan Pop M*e langsung pulang" :D

Sama seperti jualan...
Niatnya apa??
kalau niatnnya buat menolong orang, maka kalau tiba-tiba si prospek nolak beli produkmu, yasudah jangan diambil hati.

Nggak usah pusing, nggak usah stress, nggak usah putus asa ^-^

Coba lakukan 3 Hal ini:
1. Back to Niat (pengen nolong orang lewat produk yang ditawarkan)
2. Setiap produk ada jodohnya (mungkin bukan dia orang yang beruntung mendapatkan manfaat dari produk yang kita tawarkan)
3. Next (lanjut... masih banyak orang yang membutuhkan)

So,
jika niat kita aalah MENOLONG ORANG, kalaupun ditolak, kenapa harus stress dan putus asa?^-^


apa pendapat teman-teman tentang jualan?? ^-^









follow me @BachtiarAnass
invite : 292631c6
facebook: www.faceboook.com/bachtiar.anas

DAFTAR BUKU BISNIS KEREN

1. Menguak 7 Rahasia Miliarder Onine>> http://bit.ly/onlinemiliaran
2. Buku dijamin penghasilan 10 juta perbulan>> http://bit.ly/10jutaperbulandijamin
3. Dongkrak omset miliaran dengan tim penjualan >> http://bit.ly/dongkrakomsetmiliaran